Situasi
politik di Myanmar pun sampai hari ini masih mencekam. Pihak militer masih
melakukan tindakan represif bagi yang melakukan aksi penolakan kudeta militer.
Dikabarkan lebih dari dari 50 orang telah tewas. Ribuan lainnya terluka dalam
aksi mereka melawan aparat militer. Sebagiannya lagi, aktivis serikat
buruh/pekerja, mahasiswa, jurnalis dan masyarakat sipil ditangkap dan
terintimidasi.
Maria
Emeninta aktivis perempuan KSBSI dalam orasinya mengutuk keras aparat militer
yang membungkam demokrasi di Myanmar. Terlebih lagi tewasnya Ma Kyal Sin
aktivis mahasiswi yang melakukan protes kudeta militer, telah melukai perasaan
perempuan di seluruh dunia. Dia menegaskan bahwa Jenderal Aung Hlaing adalah
seorang pengecut yang berlindung dibalik jubah militernya.
“KSBSI
tetap berdiri bersama rakyat sipil Myanmar yang tetap melawan kebiadaban rezim
militer penindas Hak Asasi Manusia (HAM),” tegasnya.
Hal
senada juga disampaikan Surnadi Deputi Konsolidasi KSBSI. Ia mengatakan jika
ada negara yang dikuasai rezim diktator militer hanya melahirkan pembodohan,
kemiskinan dan korupsi. Karena itu, KSBSI mendukung perjuangan aktivis serikat
buruh/pekerja di Myanmar yang masih melakukan aksi perlawanan.
“Kekuatan
buruh solidaritas internasional yang mengutamakan demokrasi dan kebebasan
berserikat. Kalau kawan-kawan aktivis buruh di Myanmar di zalimi oleh rezim
militer, maka KSBSI tidak akan diam. Buruh akan menuntut pemerintah memutuskan
hubungan diplomatik. Karena Indonesia adalah negara demokrasi,” tegasnya.
Setelah
melakukan orasi, KSBSI pun membakar photo Jenderal Aung Hlaing. Sebagai sikap
mengutuk keras terhadap pembunuhan masyarakat sipil Myanmar yang menolak
pemerintahan militer kembali berkuasa di negara itu. Berdasarkan pantauan,
perwakilan dari Kedubes Myanmar dikabarkan tidak ada yang beraktivitas.
KSBSI
menegaskan akan kembali melakukan aksi demo dan berjanji akan membawa massa
yang lebih banyak. Kami juga akan mendesak Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk
bersikap terhadap pembantaian kemanusiaan di Myanmar yang dilakukan penguasa
militer,” tutup Surnadi. (RedKB/A1)
Beri komentar