Dedi Hardianto : Minta Kader-Kader Muda Jangan Apatis Dengan Politik

Dedi Hardianto Sekretaris Jenderal (Sekjen) KSBSI saat memberikan materi Peran Pemuda Dalam Demokrasi Indonesia” kepada peserta Youth Camp Leadership yang diadakan Komite Pemuda KSBSI. (Foto: ANDREAS/MEDIA KSBSI).

Dedi Hardianto : Minta Kader-Kader Muda Jangan Apatis Dengan Politik

Nasional

KataBuruh.com,JAWA BARAT - Dedi Hardianto Sekretaris Jenderal (Sekjen) Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (KSBSI) mengatakan kader muda KSBSI, khususnya generasi milenial dan Generasi Z (Gen Z) harus melek politik. Hal ini disampaikannya dalam agenda Youth Camp Leadership di Camping Ground Hutan Pinus Gunung Pancar Kabupaten Bogor Jawa Barat, yang diadakan selama 2 hari dari tanggal 12 sampai 13 Juli 2024.

Dia juga menyampaikan terima kasih kepada Komite Pemuda KSBSI yang sukses menggelar agenda Youth Camp Leadership dengan mengangkat tema “Meningkatkan Kapasitas Kepemimpinan Buruh Muda Untuk Menjadi Pemimpin Dalam Menanggapi Isu Kontrak Dalam Menanggapi Isu Kontrak Sosial”. Pasalnya, persoalan perburuhan hari ini, seharusnya bukan lagi disikapi aktivis buruh yang sudah tua

“Menurut saya, aktivis buruh dari generasi milenial dan Gen Z sudah seharusnya lebih banyak tampil berbicara untuk menyikapi persoalan buruh hari ini. Karena orang-orang muda inilah nantinya yang akan melanjutkan perjuangan buruh buruh,” ucap Dedi.

Pada kesempatan ini, Dedi diminta memberikan materi pelatihan tentang “Peran Pemuda Dalam Demokrasi Indonesia”. Dia menegaskan, persoalan buruh adalah persoalan keputusan politik yang dilakukan pemerintah dan DPR. Diantaranya disahkannya Undang-Undang (UU) Cipta Kerja dan UU Tabungan Perumahan Rakyat (TAPERA) yang telah merugikan hak buruh adalah produk penguasa politik. Kalau kebijakan ini tidak disikapi secara kritis, maka nasib buruh di Indonesia semakin tertindas.

“KSBSI tidak pernah anti dengan kebijakan politik yang diputuskan pemerintah dan DPR, selama memihak kepada rakyat Indonesia. Namun, jika ada kebijakan yang merampas kesejahteraan buruh, KSBSI tampil didepan untuk menolaknya,” tegas Dedi yang saat ini juga menjabat Wasekjen DPP Partai Gerindra.

Oleh sebab itu, Dedi menyampaikan kepada kader muda buruh yang berada di rumah besar KSBSI harus memahami politik. Sebab politik itu bagian dari dinamika gerakan buruh. Artinya, jika kaum muda apatis dengan politik, maka buruh akan menjadi tumbal kebijakan politik. Negara juga bakal kehilangan penyeimbang demokrasi.

“Kalau kekuatan buruh sebagai penyeimbang demokrasi dan politik sudah rapuh, maka Indonesia bisa dikuasai pemimpin otoriter dan kelompok oligarki,” ungkapnya.

Selanjutnya, dia menyampaikan kepada generasi milenial dan Gen Z yang berproses di KSBSI, bahwa pelatihan yang dibuat ini memang mempersiapkan calon-calon pemimpin KSBSI. Sebab, tolok ukur serikat buruh berkualitas itu harus mampu menyiapkan regenerasi dalam melanjutkan roda organisasi. Sebab, kondisi upah buruh murah dan sistem kerja kontrak kerja di perusahaan yang semakin memprihatinkan bukan karena keputusan pengusahanya.

Namun karena keputusan regulasi yang dibuat pemerintah dan DPR. Nah, kalau kebijakan upah murah ini tidak disikapi kritis oleh kaum muda, maka negara ini semakin tidak memiliki masa depan yang baik. Karena itulah, Dedi pun berharap kaum muda KSBSI harus bersikap kritis dan membangun solidaritas yang kuat untuk membangun gerakan buruh. Seperti melakukan kampanye di media sosial (medsos), dan membangun budaya membaca. Sebab, Indonesia sampai hari ini masih lemah dalam budaya literatur.

“Kaum muda buruh ksbsi harus tampil menjadi pemimpin yang bisa menjawab persoalan hubungan industrial dan mampu membaca tantangan zaman,” ujarnya. [ANDREAS/REDKBB] berita ini dimuat di kantorberitaburuh.com

 

 

 



Komentar

Beri komentar